Laman

Jumat, 20 November 2015

Cerita Batu dan Aku

Lelah aku bejalan diteriknya matahari di musim kemarau yang tak ada hentinya. Keringatku membasahi tubuhku yang besar bagaikan sebuah bus di tempat pencucian. Perjalananku masih panjang tuk mencapai tujuanku yang belum tergambarkan. Lelah aku berjalan menyusur jalan setapak tak berujung. Saking lelahnya tak sadar aku sudah terduduk tanpa daya untuk bangkit. Memandang jauh ke sekitarku dipenuhi bebatuan dan rerumputan. Kemudian pandanganku tepaku pada sebuah objek besar yang kukenal saat di kampus dulu. Sebuah objek yang sangat penting menandakan sebuah titik yang menjadikannya manfaat. Ya... Itu adalah benchmark yang kulihat di tempat ini. Sebuah tanda yang tebuatkan oleh batu disetai tulisan yang menandakan lokasi dan ketinggian. Di tempat yang entah dimana ini ternyata sebuah benchmark kutemukan. Mengingatkanku saat berada di kampus yang penuh tawa dan derita. Sebuah batu kukenalsakan saat aku mulai berkuliah. Ketika itu pagi hari awal ospek dimulai aku berkenalan dengan batu aspal, disanalah aku melakukan push up pertama kalinya. Dengan didampingi teriakan senior yang selalu kuabaikan. Saat aku mulai majalani masa kuliahku yang berat ini dikenalkannyalah aku dengan batu yang dapat kita uji. Yaaa.. Batu beton namanya. Batu yang menyanggah kehidupan seseorang dalam sebuah gedung. Bayangkanlah jika batu tersebut tidak kuat saat aku uji, brapa nyawa akan melayang. Bahkan kadang kehidupan pun diandaikan bagai melewati jalan penuh batu yang terjal alias tidak mulus. Batu sangat berarti dalam kehidupanku bahkan kelak saat aku sudah tak berada di dunia ini lagi yang menemaniku hanyalah sebuah batu nisan.